Pencarian mengenai apa itu kebahagiaan sudah lama dilakukan sejak manusia itu ada. Berakar pada tradisi filsafat hedonis, kebahagiaan identik dengan kesenangan, sementara tradisi eudaimonic berpandangan bahwa kebahagiaan dapat dirasakan ketika individu mampu merealisasikan potensi unik yang merupakan “berlian” yang ada di dalam dirinya. Kebahagiaan menurut perspektif psikologi, dikemukakan oleh Diener (1984), dengan istilah subjective well-being, ditranslasi dalam Bahasa Indonesia menjadi kesejahteraan subjektif, namun dalam kehidupan sehari-hari istilah kebahagiaan dianggap lebih familiar. Untuk memudahkan pemahaman, penulis menggunakan istilah kebahagiaan, untuk menggantikan konsep kesejahteraan subjektif (subjective well-being).

Buku kecil ini disusun terinspirasi dari hasil disertasi yang dilakukan penulis yang berjudul: “Model Kesejahteraan Subjektif Ibu Dewasa Muda: Ditinjau dari Regulasi Emosi, Mindfulness dan Rasa Syukur” dengan harapan dapat menambah wawasan, khususnya bagi Ibu dalam menjalani kehidupan dalam berkeluarga, dengan mengasah ”mutiara rasa syukur”, yang merupakan kunci kebahagiaan sejati. Menjadi jiwa yang pandai bersyukur membutuhkan proses belajar dan latihan dalam “kelas kehidupan” keluarga. Proses akhir perjalanan melatih rasa syukur, diharapkan seorang Ibu dapat mengasah rasa syukur menjadi kekuatan karakter.

Buku ini terdiri dari 7 Bab. Bab 1 hingga 3 dipaparkan mengenai makna kebahagiaan, makna kebahagiaan ibu serta rasa syukur kunci kebahagiaan ibu. Pada Bab 4 hingga 6 dipaparkan mengenai regulasi emosi dan rasa syukur, “Kesadaran” dan rasa syukur serta metode praktis mengaktivasi rasa syukur. Pada Bab terakhir mengenai bersyukur memiliki keluarga.