Novel ini terdiri dari beberapa bab cerita. Bab pertama bercerita tentang melatih nurani, bab dua bercerita tentang jujur dalam berpolitik, bab tiga bercerita tentang menjadi oposan, bab empat bercerita tentang sudut pandang berpolitik, bab lima bercerita tentang sosok ideal penguasa, dan bab enam bercerita tentang visi berkuasa

Bab satu bercerita tentang melatih nurani. Satu ayat Al-Qur’an dalam Surat Al-Jumah ayat 10, memerintahkan umat manusia untuk bertebaran di muka bumi setelah melaksanakan shalat. Apabila shalat telah dilaksanakan, maka, bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. Dalam ayat ini, Allah setidak-tidaknya mengisyarakatkan dua hal. Pertama, Allah menjadikan shalat sebagai tiang agama dan basis pondasi bagi seorang muslim untuk memulai sesuatu. Tidak heran shalat ditentukan Allah lima waktu dalam sehari. Hal ini dilakukan untuk menambah kedisiplinan kita pada waktu-waktu tersebut. Kedua, adalah kata bertebaran di muka bumi. Allah merekomendasikan manusia untuk bergerak dan menemukan sesuatu. Allah juga merekomendasikan manusia untuk berjalan karena manusia dapat menemukan kelapangan dan pengalaman di perjalanan.

Bab dua bercerita tentang jujur dalam berpolitik. Apa yang anda pikirkan saat melihat sebuah rumah mewah. Pastinya, yang terlintas dalam pikiran kita adalah siapa pemilik rumah itu. Kita terkesima dengan plafon yang indah, dihiasi bunga yang tertata secara rapih. Ditambah lagi dengan suasana depan rumah yang menghipnotis setiap para tamu yang datang. Susunan bangunan yang begitu baik, pernak-pernik hiasan di dalam sungguh menghi-langkan rasa kepenatan. Temaram nya lampu di ruang tamu semakin melupakan kita akan elemen yang selama ini menjadi bagian terpenting dalam menghadirkan sebuah bangunan yang berkesan. Godaan hasrat yang pendek melambungkan angan-angan untuk berkesimpulan memiliki. Kita sudah lupa bahwa yang menghadirkannya adalah proses banyak tangan. Siapakah orang itu? mereka adalah para kuli bangunan yang terlupakan. pekerjaannya meramu semen dan pasir lalu mencumparkan air untuk menjadikan sebuah acian yang merekatkan batu bata. Jadilah sebuah susunan kemudian menjadi tembok.