Ide besar yang diusung dalam buku yang berjudul: Mengasah Kecerdasan Spiritual ini adalah penting bagi setiap orang untuk tidak lupa memberdayakan kecerdasan spiritual yang sudah dimilikinya sebagai kodrat bawaan yang dititipkan Allah SWT dalam diri setiap manusia. Apapun aktivitas yang sedang anda geluti sehingga membuat anda super sibuk dalam hidup ini, maka jadikan kecerdasan spiritual sebagai framing yang menjadi batas-batas bias kealpaan anda agar tidak terlalu jauh menyimpang dari kebenaran dan akhirnya cepat kembali ke jalan lurus yang diridoi Ilahi.

Menuliskan gagasan kebenaran dalam bentuk artikel pada media cetak atau elektronik merupakan sebuah ikatan batin yang sewaktu-waktu akan di-recall otak bawah sadar kita dalam wujud kata hati agar penulisnya tidak terlalu jauh menyimpang dari kebenaran itu sendiri. Sama seperti pendakwah yang telah menyerukan kebenaran kepada para jamaah, sebenarnya jamaah yang paling cepat mendapat seruan itu adalah dirinya sendiri. Akibatnya akan muncul sifat kehati-hatian ketika melakukan sesuatu karena sudah ada framing berupa seruan yang telah diucapkannya.

Praktik inilah yang sedang dilakukan penulis, mencoba mengasah kecerdasan spiritual lewat tulisan-tulisan yang dimuat pada kolom Mimbar Agama Islam Harian Analisa Medan sejak tahun 1995 ketika itu saya masih duduk pada semester empat program studi pendidikan matematika. Sekilas tampak tidak matching dengan latar belakang pendidikan saya yang berbasis sekolah umum (SD, SMP, SMA, S-1 Pendidikan Matematika, dan S-2 Magister Matematika), namun setelah saya geluti bertahun-tahun ternyata saya banyak mengambil hikmah spiritualitas dari konsep-konsep matematika. Kumpulan artikel dalam buku ini semoga menjadi inspirasi bagi pembaca untuk ikut serta memberikan pencerahan sekalipun latar belakang pendidikannya bukan berbasis keagamaan.